Bagus nih..
Cinta Amniotik oleh Dewi Lestari (DEE)
... catatan kecil untuk Si Kecil ...
Beberapa hari lagi sebelum kehadiranmu, atau bahkan beberapa jam? Aku
tak persis tahu. Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah
yang sudah tahu. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama,
merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi
tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu.
Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku. Namun itulah
perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia.
Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan
melihat dunia yang berbeda: terra firma. Selapis kulit saja tabir yang
membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.
Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan
mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad
dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari
koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti
wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua,
hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang
sama. Menyeberangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi
kita kini.
Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang, bahkan sudah dengan
nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau
juga akan sejenak lupa, katamu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat
lupa saat menyeberangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku
memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain,
lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua
masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.
Entah bagaimana harus aku mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus
sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah
alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak
pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai
dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut
barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi
hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah
yang harus direngkuh dan diterima.
Sembilan bulan ini mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin
bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang ibu yang
mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang
lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio
kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.
Terima kasih telah mengandungku; menempatkanku dalam rimba amniotik di
mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan
menerima apa pun yang kau persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit,
sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua,
sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang
kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang kuendus—tanpa
bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.
Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah.
Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi. Lagi dan lagi.
No comments:
Post a Comment