Edit note : Akhirnya pilihan gue No. 2 Jokowi menang. Tapi sayangnya beberapa saat setelah di lantik, Jokowi tidak menepati janjinya untuk tidak bagi bagi kursi. KPK jadi rombeng. Kinerja mentri mentrinya payah. Dan gue mulai tidak nge fans sama Jokowi.
Setelah gonjang ganjing pemilu 2014 yang paling panas sepanjang sejarah, sepertinya orang Indonesia kini mulai melek akan politik. Lalu kini setiap orang tidak sungkan lagi mengungkapkan pendapat atas isu isu yang terjadi terutama di social media, kadang membuat mereka tampak seperti pengamat politik karbitan.. (hehe). Sebagian ada yang risih tapi menurutku ini lebih baik daripada kita mempunyai masyarakat yang apatis. Apalagi pejabat pejabat, anggota DPR dkk di kita banyak yang diragukan integritasnya jadi harus senantiasa di awasi segala gerak geriknya.. haha
Ada wacana kalau demokrasi kita sudah kebablasan salah satu contohnya tawuran antara pendukung calon pemimpun daerah akibat pilkada langsung tapi disisi lain kemudian bermunculan juga pemimpin pemimpin teladan berkat pilkada langsung. Tapi mungkin inilah perjalanan yang harus dilalui bangsa Indonesia dalam berdemokrasi untuk mencapai gaya demokrasi yang paling ideal bagi bangsa ini. Lagipula tiap negara punya gaya masing masing dalam berdemokrasi.
Mentang-mentang China atau Singapur maju karena pemerintahnya otoriter lalu Indonesia harus ikut ikutan kayak gitu, ya susah juga. Apalagi rakyat Indonesia yang super bawel dan hobi menghujat pemerintah tiba tiba disuruh jadi pendiem pasti akan menimbulkan pergolakan yang luar biasa. Kecuali balik lagi ke jaman orba, pemerintahnya sadis, warga negara yang bandel dibina atau dibinasakan (sadiiss). Tapi pemerintah China dan Singapur biar otoriter mereka ngga suka korupsi, yang korupsi di hukum mati atau di penjara 100 tahun jadi ga ada yang berani coba coba. Tapi ya gitu kebebasan berpendapat warganya di batasi. Konon di Singapur warganya tidak bisa bebas seenak udel mengkritik pemerintah layaknya warga Indonesia membully Pak SBY setiap saat. Menurut pemerintahnya mereka begitu ya karena Singapur negaranya kecil ibarat naek perahu kecil ada penumpangnya yang nakal loncat loncat di atas perahu bisa bikin perahunya oleng atau kebalik, jadi stabilitas nasional harus senantiasa di jaga.
Alangkah indahnya jika bangsa Indonesia tetap memberikan kebebasan warganya untuk berpendapat, menyelenggarakan pilkada langsung, pemerintahnya amanah, anggota legislatifnya bener, rakyatnya makmur sejahtera (dan tetap bebas untuk menghujat pemerintah kalo ga bener hehe).
Ada juga sih segolongan yang menawarkan khilafah sebagai solusi atas segala permasalahan bangsa. Di jaman modern, sekuler dan majemuk begini rasanya sulit menerapkan khilafah. Aku juga kurang tertarik dengan ide ini. Soalnya aku membayangkan diriku berada di posisi minoritas, tiba tiba sistem negara berubah jadi semacam khilafahnya Kristen misalnya, pasti akan sedikit menyusahkan karena orang yang memeluk agama tertentu akan diperlakukan secara superior, dan rasanya jadi tidak adil untuk penganut agama lain.